Aku rindu pada zaman
itu … ketika halaqah adalah kebutuhan, bukan hiburan apalagi sambilan
Aku rindu pada zaman itu … ketika membina adalah kewajiban, bukan pilihan apalagi beban yang memberatkan
Aku rindu pada zaman itu … ketika dauroh menjadi kebiasaan, bukan sekedar pelengkap program yang dipaksakan
Aku rindu pada zaman itu … ketika mengisi dauroh di puncak, dengan ongkos pas-pasan dan peta tak jelas
Aku rindu pada zaman itu … ketika tsiqoh (kepercayaan) menjadi kekuatan, bukan keraguan apalagi kecurigaan
Aku rindu pada zaman itu … katika nasehat menjadi kesenangan, bukan suudzon dan menjatuhkan
Aku rindu pada zaman itu … ketika hadir liqo adalah kerinduan, bukan agenda yang membosankan
Aku rindu pada zaman itu … ketika terlambat liqo adalah suatu kelalaian, bukan kebiasaan yang tak ada kesan
Aku rindu pada zaman itu … ketika hadir liqo selalu membawa Al Qur’an terjemahan dan sedikit hafalan
Aku rindu pada zaman itu … ketika tengah malam pintu diketuk untuk mendapat berita dan kumpul subuh harinya
Aku rindu pada zaman itu … ketika akhwat dan ikhwan berpapasan, saling menunduk dan menjauh
Aku rindu pada zaman itu … ketika para akhwat keluar dari sekolah karena jilbab-jilbab mereka
Aku rindu pada zaman itu … ketika seorang akhwat kabur dari rumah ketika akan walimah, karena takut akan ikhtilat di hari pestanya
Aku rindu pada zaman itu … ketika tarbiyah adalah pengorbanan, bukan tuntutan apalagi hujatan
Aku rindu pada zaman itu … ketika amar adalah ketaatan, bukan perbincangan dan pelecehan
Aku rindu pada zaman itu … ketika para ikhwah sangat ketat menjaga pandangan
Aku rindu pada zaman itu … ketika kampus benar-benar markas halaqah aktivis
Aku rindu pada zaman itu … ketika nasyid ghuroba menjadi lagu kebangsaan
Aku rindu …….
Ya Allah …. Jangan Kau buang kenikmatan berda’wah dari hati-hati ini
Ya Allah …. Jangan Kau hilangkan keasyikan berjama’ah dalam hidup ini
by KH. Rahmat Abdullah
untuk kader dakwah