Sabtu, 27 April 2013

Wanita Baik menurut Allah


Kawan, pernah ingat kisah Rasul yang hampir menceraikan istrinya? 

Kau bisa buka lagi di Q.S At Tahrim: 1-5. 
Kisah tersebut berawal dari kecintaan Rasul akan madu pemberian dari salah satu istrinya, Zainab. Ya, Rasul sangat suka dengan madu pemberian dari Zainab. Sampai suatu waktu, Rasul pun menceritakan hal ini kepada salah satu istrinya, Hafsah. Dan dengan hati-hati, berpesan kepada Hafsah untuk tidak menceritakan hal tersebut kepada orang lain. 

Akan tetapi, dasar wanita memang suka bercerita, Hafsah pun melanggar perintah Rasul. Dan diceritakanlah hal tersebut kepada istri Rasul yang lain. Tahu kan teman, kepada siapa Hafsah bercerita? Ya, kepada Aisyah. Tahu juga kan teman, bagaimana sifat pencemburunya seorang Aisyah? 

Sampailah terjadi prahara yang besar, sampai-sampai Rasul mengharamkan dirinya untuk meminum madu dari Zainab (-hal ini langsung dapat teguran dari Allah, QS. At Tahrim:1-). Allah langsung menegur kedua istri Rasul, Hafsah & Aisyah, untuk segera bertaubat. Jika tidak, perceraian yang akan terjadi. Dan Allah akan menggantikan dengan istri-istri yang lebih baik.

Coba bayangkan teman, Allah akan mengganti dengan istri yang lebih baik dari mereka (Hafsah & Aisyah). Padahal mereka (Hafsah & Aisyah) adalah Ummul Mukminin dan dijanjikan surga. Kita pasti tahu kan, seberapa baik kualitas keimanan mereka. Seberapa banyak amal ibadah mereka. Tetapi, ternyata Allah katakan, jika mereka tidak mau bertaubat, akan digantikan dengan istri yang lebih baik. Berarti, ada wanita (-calon istri-) yang lebih baik dari mereka bukan?
 

Kau tahu teman, di QS. At Tahrim: 5, Allah menjelaskan siapa wanita yang lebih baik itu. Dia adalah wanita yang: 
1. Patuh
2. Beriman 
3. Taat 
4. Bertaubat 
5. Beribadah 
6. Berpuasa
Dan Allah sampaikan, mereka bisa dari wanita janda maupun perawan. 




Patuh. Kenapa patuh menjadi hal yang pertama? Ingat cerita di atas? Karena ketidakpatuhan seorang istri kepada suaminya, prahara rumah tangga terjadi. Itulah gambaran betapa besar akibat ketidak patuhan seorang istri kepada suami, sehingga patuh menjadi sifat pertama untuk seorang istri yang baik. 
 
Beriman, beriman kepada Allah dan Rasul (-QS. Al Baqarah: 177-). Tidak menyekutukanNya dan menjadi saksi atas keRasulan Muhammad menjadi syarat kedua. 

Taat, taat kepada Allah & Rasul (-QS. An Nur: 54-). Ketika kita taat kepada Allah & Rasul, maka kita akan melaksanakan perintah Allah & Rasul tanpa bertanya (sami'na wa atha'na), yang pada akhirnya kita pun harus melaksanakan perintah Allah untuk taat kepada ulil amri, suami, orang tua, dll yang sudah Allah & Rasul perintahkan kepada siapa kita harus taat (-QS. An Nisa': 59-). Tidak gampang untuk menjadi seorang yang taat. Janganlah kita mencari bentuk ketidaktaatan kita kepada Allah & Rasul. Mungkin kita sulit untuk menemukannya, karena kita takut menemukannya. Tapi coba lihatlah hal-hal kecil yang sudah kita lakukan. Jadwal piket yang kita lalaikan, tugas dari pimpinan yang kita acuhkan, suka mengulur waktu, dan hal-hal kecil lain yang sudah menjadi kebiasaan, mungkin menjadi bukti bahwa kita akan tidak taat apabila mendapat hal-hal yang lebih besar.

Bertaubat. Allah meminta kita bertaubat kepadaNya semurni-murninya (QS. At Tahrim: 8). Apabila kita telah melakukan kesalahan, wajib untuk memperbaiki diri. Dan ingat teman, taubat yang sempurna adalah taubat yang diiringi dengan amal kebaikan. Jangan sampai hanya berhenti di mulut saja. 

Beribadah. Jelas bukan, karena manusia diciptakan salah satu tujuannya untuk beribadah kepada Allah. Baik itu laki-laki maupun perempuan, jin maupun manusia. Seperti apa ibadahnya, Allah sudah jelas memerintahkan di dalam Al Quran, apa saja bentuknya. Rasul pun sudah mencontohkan, dalam setiap diam & geraknya (-baca Al Quran & As Sunnah yuk....-)

Berpuasa. Kenapa berpuasa? karena puasa adalah ibadah wajib yang istimewa. Abu Hurairah r.a, berkata, "Rasulullah bersabda, 'Allah berfirman, (dalam satu riwayat: dari Nabi, beliau meriwayatkan dari Tuhanmu, Dia berfirman), "Setiap amal anak Adam itu untuknya sendiri selain puasa, sesungguhnya puasa itu untuk Ku (dalam satu riwayat: Tiap-tiap amalan memiliki kafarat, dan puasa itu adalah untuk Ku), dan Aku yang membalasnya. Puasa itu perisai. 
 
Dan sifat-sifat diatas, bisa ada dalam wanita janda maupun perawan. Berarti, tak ada perbedaan antara janda maupun perawan. Apabila lima sifat tersebut ada dalam diri wanita, itulah yang akan menjadikannya wanita yang baik di mata Allah. Hanya lima sifat, tetapi tidak gampang ditumbuhkan. Usaha yang besar sangat diperlukan, apabila kita (-sebagai wanita-) ingin lima sifat ini tumbuh menjadi karakter yang tidak gampang terhapus. Waktu nya lama, tidak cukup sebulan-dua bulan, tidak cukup setahun-dua tahun. Perlu waktu lebih lama dari itu. Berarti, pengorbanan yang besar bukan?

Wallahua'lam bishawab



** tulisan ini untuk bahan evaluasiku, yang masih harus banyak berusaha untuk menjadi seorang wanita yang patuh, beriman & taat. Suka bertaubat, beribadah, dan berpuasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar